Monday, July 2, 2007

Renungan "ngawur" di kala senja di Convento Monteripido

Biara Monteripido,
2 Juli 2007, pukul 17.43 – 18.10 waktu Italia

Untuk sementara, apa yang akan aku tuliskan di sini bukanlah rentetan pengalaman di Italia, persisnya sekarang ini di Perugia. Aku akan menuliskan apa yang sedang berkecamuk dalam pikiranku. Apa yang kupikirkan dan juga kucemaskan bisa jadi pikiran dan kecemasan setiap orang. Apa yang sebenarnya mencemaskan kehidupan setiap orang termasuk diriku sendiri? Menurut pendapatku – kalau tidak setuju, yang baca journal di blogku ini bisa memberi komentar – kecemasan setiap orang adalah masa depan yang tidak pasti. Banyak orang takut pada masa depan yang sebetulnya tidak ada. Masa depan ada di tangan Tuhan. Nasib dan takdir hidup sudah ditenun oleh Tuhan sebelum kita lahir. Hanya saja, tenunan yang bagaimana seorang pun tidak tahu. Tapi, aku yakin, Tuhan sekarang ini sebenarnya sedang menenun bersama-sama dengan kita. Aku percaya bahwa dalam hidup ini, Tuhan dan aku sedang bekerja sama untuk membangun hidupku. Jadi hidupku ini bukan semata-mata karya Tuhan, tetapi karyaku juga.
Nah, kembali kepada kecemasan. Di biara yang sunyi ini, ketika aku berhadapan dengan diriku sendiri, entah mengapa tiba-tiba aku merasa cemas. Cemas akan segala-galanya. Terutama cemas akan hidupku sendiri. Ketika bersama-sama dengan orang lain, seperti makan bersama atau ngobrol bersama, tidak ada kecemasan karena kecemasan itu tertutup untuk sementara waktu oleh aktivitas hidup yang sementara. Yah..untuk sementara waktu, tetapi begitu berada dalam situasi sendirian, kecemasan itu muncul kembali.
Jujur saja, apa yang menjadi kecemasanku adalah ketakutan bahwa impianku nantinya tidak akan terwujud. Padahal, yang menghidupiku atau yang membuat bergairah hidupku sekarang ini adalah mimpi itu. Dan yang aku cemaskan juga adalah mimpiku gagal gara-gara masalah sepele. Ah..memikirkan tentang kecemasan memang tidak ada gunanya. Yesus sendiri juga berkata “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Mat 6:27
Yesus memang benar, kuatir tidak menghasilkan apa-apa. Bahkan tidak menambah apa-apa. Sabda Yesus ini ada benarnya juga “34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Mat 6:34
Mungkin, aku harus melihat hidupku secara lebih luas. Mungkin, aku harus melihat hidup sebagai sebuah perjalanan dan bukan upaya untuk meraih kesuksesan. Aku harus tetap menjadi orang JAWA di tengah orang Italia. Maksudnya, aku harus tetap memegang ajaran leluhurku tentang kehidupan “Hidup itu adalah perjalanan menuju sangkan paraning dumadi(asal muasal kehidupan) yaitu Allah sendiri”
Mungkin, aku harus bertobat sekarang ini. Bertobat dalam arti bertobat kesadaran, yaitu untuk melihat hidup ini sebagai sebuah perjalanan menuju Tuhan. Dengan begitu, mungkin aku tidak akan cemas lagi. Jika gagal, yah anggap saja itu peristiwa aku tersandung ketika aku berjalan, dan harus bangun lagi. INGAT, HIDUP ITU BUKAN MERAIH KESUKSESAN, TETAPI MENGHAYATI SEBUAH PERJALANAN MENUJU TUHAN.
Ah…seandainya aku bisa meraih mimpiku, tetapi begitu aku mati, aku tidak meraih kebahagian kekal bersama Tuhan, apa artinya pencapaian kesuksesanku. Jika semua untuk TUHAN, pastilah tidak akan ada kecemasan dalam hidup ini.
HIDUP ADALAH PERJALANAN. NIKMATILAH SAAT-SAAT PERJALANAN ITU, TERMASUK SAAT KETIKA ENGKAU JATUH.

“Berbahagialah orang yang pernah gagal, atau terjatuh dalam kehidupannya sebab mereka akan bisa menikmati kehidupannnya. Celakalah orang yang tidak pernah gagal atau terjatuh atau menderita dalam hidupnya, sebab ia akan menangis nantinya. Hidup itu ibarat roda” Itulah sabda yareah male ofm. Hehehe.

No comments: