Monday, July 30, 2007

MIMPI, THE DREAM, IL SOGNO

Saya menulis blog ini dalam tiga bahasa, silahkan pilih!
I write this blog in three languages, you can chose it!
Ho scritto questo blog nelle tre lingue, puoi sceglierlo!

MIMPI


Monteripido, 26 Juni 2007
21:49 waktu Italia

Di tengah kesibukanku mempelajari bahasa Italia, ternyata keheningan di waktu malam merupakan saat-saat yang indah. Untunglah, selama aku di Perugia, aku tidak tinggal di pusat kota, tetapi di pinggir kota. Saat-saat hening, memang aku perlukan. Keheningan ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan kembali sebuah kehidupan. Saya tidak tahu bagaimana pandangan orang sekarang tentang keheningan. Dalam keheningan, secara spontan akan muncul sebuah pertanyaan klasik “mengapa aku berada di tempat ini?”. Yah, mengapa aku berada di tempat ini. “Aku bertanya, maka aku ada” atau aku baru sadar.
Aku pikir tidak ada seorang pun bisa menjawab pertanyaan ini jika pertanyaan ini ditujukan kepada dirinya sendiri. “Mengapa aku berada di sini”. Memang, pertanyaan ini tidak perlu dijawab karena sesungguhnya memang tidak ada jawabannya. Hanya Tuhan yang tahu. Tetapi, sekurang-kurangnya pertanyaan ini menyadarkanku bahwa kehidupan itu adalah sebuah misteri. Maksudnya, tidak bisa ditebak dan kita hanya setuju saja. Misteri ini seperti misteri Tuhan dan Cinta yang adalah misteri juga.
Aku sendiri tidak tahu mengapa aku berada di tanah asing ini (Italia). Memang benar, aku disuruh untuk belajar. Tetapi, mengapa aku yang harus belajar di sini dan bukan yang lain. Padahal, sebelumnya aku tidak pernah berpikiran akan menginjak tanah ini. Atau inikah yang namanya takdir. Sebetulnya, aku sendiri tidak terlalu percaya pada takdir. Takdir itu adalah kesepakatan antara diriku dengan Tuhan. Maksudnya, dalam hidup ini, aku dan Tuhan saling bekerjasama untuk membuat hidupku menjadi penuh, maksudnya hidupku punya arti. Dan itulah takdir semua orang bukan? Mencapai kepenuhan hidup. Maaf bahasanya terlalu tinggi dan pasti tidak akan dimengerti. Tetapi, tidak apalah.
Ngomong-ngomong soal takdir, saya jadi teringat akan novel Alkhemist, karya Paulo Coelho. Dia mengatakan bahwa takdir seseorang adalah memenuhi mimpinya. Aku rasa gagasan Coelho benar juga. Takdir seseorang adalah mimpinya. Jika orang tidak mempunyai mimpi dalam hidupnya, takdirnya pasti akan jelek. Menghindar dari mimpi berarti menghindar dari hidup yang penuh arti. Mimpi itulah yang membuat hidup penuh gairah dan semangat. Bayangkan jika seseorang tidak tahu apa yang dikejar dalam hidupnya, tidak tahu mimpinya? Bingung. Mimpi itulah yang membangkitkan semangat hidup seseorang. Apa jadinya kalau orang tidak mempunyai mimpi? Ia hanya sekedar mengikuti hidup. Dan pada saat-saat akhir kehidupannya, ia tidak menemukan kepuasan. Mimpi tidak harus yang tinggi-tinggi. Sederhana juga bisa, asalkan memberi arti pada hidup.
Aku memang mempunyai sebuah mimpi. Tapi maaf, mimpi itu tidak akan saya ceritakan sendiri. Aku akan menceritakannya setelah mimpi itu menjadi kenyataan. Nah, kembali kepada pertanyaan “mengapa aku berada di sini.” Aku sering bertanya-tanya, apakah ini cara Tuhan membawaku ke jalan menuju terwujudnya mimpi itu. Ah, aku tidak tahu. Bisa jadi ya, tetapi mungkin saja tidak. Kehendak Tuhan memang tidak bisa ditebak. Tetapi yang jelas, mimpi itu selalu berasal dari Tuhan. Tidak mungkin, aku mempunyai mimpi jika Tuhan tidak ambil bagian dalam hal ini. Apakah mungkin aku harus mewujudkan mimpiku untuk memenuhi kehendak Tuhan dalam diri? Siapa tahu?
Yesus mempunyai mimpi yaitu mewujudkan kerajaan Allah di dunia (alias kerajaan Damai), Fransiskus Assisi pasti juga punya mimpi. Setiap orang pasti punya mimpi. Hanya masalahnya sekarang adalah, apa yang harus aku perbuat untuk mewujudkan mimpi itu. ORA et LABORA. Doa dan Kerja. Hehehe. Lebih baik punya mimpi dari pada hidup tanpa mimpi. Sekarang tinggal mau pilih yang mana, bermimpi dan mewujudkan, atau mengikuti ke mana hidup membawa?
Sebagai akhir dari refleksi ini akan aku kutipkan kata-kata Boethius dari buku The Consolation of Philosophy. (memang tidak terlalu kelihatan jelas hubungannya dengan mimpi dan takdir). Tapi, baik untuk disimak.

Boethius, Anicius Manlius Severinus (c. 480–524 AD) adalah seorang negarawan Romawi dan seorang Filsuf, buku The Consolation of Philosophy, ditulisnya sewaktu dalam tahanan.

Tuhan dapat melihat sekarang kejadian-kejadian di masa datang yang timbul akibat pilihan bebas. Tuhan mengetahui apa yang akan terjadi bila engkau mengambil sebuah pilihan tertentu, tetapi ia tidak ikut campur saat pilihan itu dibuat, kecuali bila dimintai petunjuk. Mereka yang dekat dengan Tuhan akan hidup seturut dengan-Nya, Oleh karena itulah, mereka bergantung pada-Nya; Mereka yang mengandalkan dirinya sendiri, akan terikat oleh takdirinya, dan sekali lagi mereka tidak dapat mengontrol takdirnya. Mereka yang sadar dan mengetahui keheningan akan memahami pikiran Tuhan, tetapi mereka yang tidak mengetahui apapun selain hiruk pikuk, hanya akan dapat melihat keganasan takdir.


THE DREAM

Monteripido, June 26th 2007
21:49 in Italia

For several days ago, I has occupied myself to learn Italian. In fact, in the middle of my occupation, the silence in the night become a beautiful time for me. At least, the silence is the proper time for reflect of my life and rethink about life itself. It come to my mind the classic question : “Why I was here, in this place?” I think nobody could answer this question. Or, if somebody can answer this question, surely, its answer is not completed. Indeed, It need not to answer this question because there are not a certain answer. Let them go away. OK. It’s only God who know the answer. At least, however, this question has made me more aware that the life is a mistery, as well as God and Love. Mistery is something that somebody couldnot comprehend totally.
I do not know why I am here, in the strange country ( I mean Italy), as a stranger or foreigner. It’s right that my superior have ordered me to study in Rome. But, why me, not another? Note that I am not making a protest to decision of Order. I’m very happy to get this great oppurtunity. Previously, I never thought that I would go here. Or, it’s destiny, isn’t? Acctually, I do not believe in destiny too much. I only believe that destiny is agreement between me and God. I mean that in this life, I and God collaborate together to make my life meaningfull. It’s destiny of all people, right? To achieve a fullfilment of life. I’m sorry if I use a abstract language so it’s difficult to understand what I am talking about. But, It’s OK. It’s not necessary or important for us. It’s just composition from a confused man. Heheheh.
Talking about destiny, I remember on novel of Paulo Coelho with title “Alchemist”. In that novel, he said that someone destiny is to fullfil his dream. I think the Coelho's ideas are right. Someone’s destiny is his dream. If someone don’t have a dream in his life, his destiny will be bad. To avoid from his dream is to refuse a meaningful life. Because it’s only dream that could make someone’s life vivacious or ardent. Imagine if there is somebody that do not know what he pursue in this life. Surely, he will be confuse. Dream could make someone vividly in his life. What will happen to some one who do not have dream? He is just to live. In the end of his days, he will not find a satisfication of life because he is just to live, not to make something in his life. It need not a high or complicated dream. A dream can be simple. A dream, however, must be able to give meaning to the life itself.
I have a dream. But I’m sorry that I cannot tell about my dream now. I will tell it when my dream accomplish. But, I do not know when that days come. OK..turned to the first question “why I am here.” I often wonder myself wheter it’s the way chosen by God to bring me towards my dream.Alas, I do not know any more. May be yes, May be no. Nobody knows the will of God very well. But, it’s clear that the dream come from God. It’s impossible I have a dream if God himself do not participate in this matter. Must I accomplish my dream as a way to fulfil the will of God to me? Who knows?
Surely, Jesus had a dream, that is, to manifest the Kingdom of Heaven in the world. Francis Assisi also did the same. He had a dream. Certainly, everyone have a dream. But, now our task is how to achieve our dream. ORA et LABORA. Pray and work. It’s better that we have a dream rather than have no dream at all.
In the ending part of this reflection, I quote the famous word of Boethius from the book “The Consolation of Philosophy”, I think It’s better to pay attention to it. OK hehehehe.

Boethius, Anicius Manlius Severinus (c. 480–524 AD) Roman statesman and philosopher. I quote his famous words from his most famous work is The Consolation of Philosophy, written while he was in prison.

God can see the future events as a results of the free-will. God knows what will happen if you take a choice. But, God never intervene when you take the choice, but you ask Him direction. Those who are close to God, will live in accordance with Him, and therefore they depend on Him; They who depend on themselves will be clung to their fate and – once more, instead of it – couldn’t control their fate. Those who aware and know the silence will understand thought of God, but those who know nothing, except noisy can only see the harshness of Fate.


IL SOGNO

Especialmente per Giovanna, Helena, Valentina, Angela che sono Italiane

Monteripido, 26 Juni 2007
21:49 waktu Italia

A Perugia, veramente ancora mi sono occupato di imparare la lingua Italiana. Però, l' attivita di imparare l’italiana mi ha fatto di più rendermi conto il lusso del silenzio. Infatti, il silenzio, specialmente il silenzio della notte, è il tempo bello. Almeno, questo silenzio mi fa a riflettere del significato della mia vita. Non voglio che la mia vita sarà la vita senza senso. Percio devo riflettere. Adesso, mi viene nella mia mente la domanda classica “Perché sto qui”. Mi sembra che nessuno può rispondere domanda cosi se noi ci dobbiamo rispondere la stessa domanda. Infatti, non facciamo bisogno a rispondere questa domanda perchè davvero non ci sono la risposta sulla domanda cosi. È solo Dio che la sa. Confermo che almeno, domanda cosi faccio di rendermi conto il mistero della vita. È simile con il mistero del Dio e l’amore. Vero???
Non so perchè sono stato qui. È vero che il mio superiore mi ha mandato per studiare a Roma.
Ma, perchè sono io, e non é l’altro? E invence, prima di stare qui, non ho pensato a stare in piedi sopra questa paese. Oppure, forse questo si chiama il destino. Onestamente, io stesso non credo di destino. Soltanto credo che Io con Dio ci facciamo una cooperazione per fare piena la mia vita, cioè la vita che ha un significato. Cosi, è il destino del tutto popolo, non é vero? Cioe per realizzare la vita piena. Mi dispiace perchè ho usoato la lingua alta e certo, è difficile per capirla. Però non fa niente.
Parlando del destino, mi ricordo un romanzo con titolo “Alchemist” di Paulo Coelho. Ha detto che il destino di ogni uomo è per realizzare il suo sogno. Penso che è vera la idea di Paulo Coelho. Il destino del’uomo è il suo sogno. Se qualcuno non ha un sogno nella sua vita, il suo destino non è certo. Ma, evitare dal sogno signiface evitare dalla vita piena. È quello sogno di fare una vita vivace, non e' vero? È quello sogno di insorgere corragio, non e' vero? Ciò che succederà a qualcuno che non ha un sogno? Non lo so. Ma, forse soltano segue il flusso della vita. Quando la morte si avvicine, si rincresce che non ha fatto niente nella sua vita. Che peccato!
Veramente, ho un sogno. Ma, mi dispiace perchè non lo dico. Lo dicerò dopo che il sogno sta nella realta. Allora, torna della prima domanda “Perché sto qui” Mi l’ha domandato spesso, “ Questa cosa è la via di Dio che mi porta alla manifestazione del mio sogno?” Non lo so. Forse è vero, ma anche è falso. È solo Dio che puo sapere tutti. Non possiamo conoscere bene la volontà di Dio. Però certamente, quello sogno viene da Dio sempre. È impossibile che ho il sogno se Dio non participa nella questa cosa. Forse, devo manifestare il sogno per compiere la volonta di Dio nella mia vita? Chi sa?
Gesu ha un sogno, cioè manifestare il regno di Dio sulla terra. Anche, certamente Francesco di Assisi ho un sogno. Ogni uomo ho sogno. Ma, cioè che fa il problema è che cosa faccio a manifestarlo e quando cominciarlo. Soltanto e' cosi : Lavorare duramente. È meglio che avere un sogno, anziche lo avere niente affato. Adesso, che cosa vogliamo scegliere? Sognare e manifestare, oppure seguire il flusso della nostra vita?
Come la fine della riflessione, citerò le parole di Boethius. Ho traduto da Inglese. Forse ci sono molti sbaglii. Mi dispiace.

Dio puo vedere i eventi nel futuri come il risultato del libero arbitrio (free-will). Dio sa cioè che succederà se prendi una scelta. Ma, Dio non interviene mai quando prendi la scelta, e invece Lui chiedi una direzione. Coloro che sono vicino a Dio, viveranno in conformità con Dio. Perciò, dipendono da Lui. Coloro che si dependono, saranno si aggrapparsi al loro destino, e – ancora una volta, invece – non potrebbe controllare il loro destino. Coloro che sono conscio e sanno il silenzio, capiscono i pensieri di Dio; invece coloro che non sanno niente, tranne il rumore, soltanto possono vedere the la durezza del destino.

Saturday, July 21, 2007

Sudah sebulan aku di Italia, I have been in Italia for a month, sono stato in Italia per un mese.

Blog ini aku tulis dalam tiga bahasa, silahkan pilih.
I write this blog in three languages, you can chose it.
Scrivo questo blog nelle tre lingue, puoi sceglierlo.

DALAM BAHASA INDONESIA
Convento Monteripido,
20 Juli 2007

Sudah sebulan aku berada di Italia, di tanah asing, di tengah kebudayaan yang sama sekali berbeda, dan khususnya bahasa yang berbeda sehingga aku harus kursus bahasa Italia. Namun, tidak apa-apa. Ini adalah bagian kehidupanku yang tak lain adalah perjalanan menuju Tuhan. Busyettttt…baru awal tulisan sudah mulai khotbah. Wah, aku sudah lama nggak kotbah nih. Di sini, aku lebih banyak mendengar kotbah. Hanya mendengar saja, tetapi tidak bisa aku pahami karena aku masih sulit menangkap bahasa Italian pastor yang berkotbahnya. Soalnya, mereka berbicara cepat sekali.
Selama sebulan ini, aku jungkir balik untuk beradaptasi dengan semuanya. Orang-orang Italia, iklim, berbagai fasilitas yang modern, berbagai urusan dan bahasa. Awalnya memang susah. Dan memang yang namanya permulaan itu di mana-mana memang tidak gampang. Dari nol menjadi ada kan bukan barang mudah. Hanya Tuhan saja yang membuat tidak ada menjadi ada.
Kadang-kadang, situasi seperti ini membuatku merasa capek dan menjadi malas belajar. Tetapi dalam kondisi ini, aku selalu ingat akan kata-kata fr. Valerio, OFM agar “piano piano” saja dalam mempelajari segala sesuatu. Piano-piano tuh artinya, pelan-pelan saja. Tidak usah tergesa-gesa. Dan, memang ketergesa-gesaan memang tidak akan membawa hasil yang memuaskan. Tetapi, ini tidak berarti santai-santai saja. Segala sesuatu ada waktunya. Begitu kan kata pengkhotbah dalam bab 3:1. Dan mempelajari sesuatu selalu membutuhkan waktu. Memang, di akhir sebulan pertama di Italia, aku sudah bisa berani bicara bahasa italia dengan romo-romo di sini. Hanya satu modal yang dibutuhkan untuk belajar bahasa : BONEK (Modal Nekad) saja. Berani dan tidak perlu takut salah. Dengan melakukan kesalahan, sepertinya aku belajar lebih banyak daripada tidak melakukan kesalahan sama sekali. Harap dicatat ya. Kata-kataku ini tidak mengacu pada dosa kepada Tuhan loh.
Mmmm…setelah menulis tentang refleksi di awal blog ku ini, sekarang aku mau bercerita tentang keadaan di Perugia. Perugia masih panas. Dan katanya, wilayah Umbria (tepatnya Perugia) merupakan daerah terpanas di Italia. Maklumlah, Perugia dan sekitarnya, termasuk Assisi adalah lembah yang besar sekali dan daerah paling indah di seluruh Italia. Jujur saja, aku betul-betul tidak tahan dengan hawa panas di sini. Panasnya panas kering. Yang baca blog ini bisa membayangkan atau merasakan hawa di sini dengan cara duduk di samping kompor yang menyala. Panas tapi keringat tidak bisa keluar banyak. Akibatnya, badanku gatal-gatal, mirip kudisan gitu loh. (yang baca blog ini gak usah ketawa deh). Aneh juga ya. Di Italia yang kelihatannya bersih, ternyata bisa gatal-gatal. Tetapi, aku rasa iklim di sini yang membuat semuanya itu. Kenyataannya, banyak orang bule di sini juga mengalami problem kulit yang sama. Kulit mereka merah-merah seperti bisulan. Untung kulitku hitam sehingga tidak terlalu kentara. Lha mereka putih-putih begitu, kelihatan merah buanget.
Oh ya, ini baru pertama kali aku ikut kursus pakai celana pendek. Kalau di Indonesia pasti sudah disuruh keluar. Catat: celana pendeknya di bawah lutut loh. Meskipun pakai celana pendek, sepertinya aku masih tergolong sopan loh. Soalnya, ada sebagian perempuan yang Cuma pakai singlet saja sewaktu mengikuti kursus dan roknya mini-mini gitu. Lha wong gurunya juga pakai pakaian sexy juga. Mau protes? Ya gak bisa lah. Dengan situasi seperti ini memang tidak bisa dibedakan antara seneng dan males. Tetapi, lama-kelamaan, aku terbiasa dengan situasi seperti ini. Gak masalah jika tetap fokus pada bahasa yang dipelajari. Mmm…aku teringat akan kata-kata seorang romo: “Biarkan burung-burung itu terbang di atas kepalamu, asal jangan sampai burung-burung itu membuat sarang di atas kepalamu”
Itu dulu deh cerita dari Lembah Umbria. Sekarang sulit sekali mencari waktu untuk menulis blog. Mungkin sekali seminggu karena aku harus belajar bahasa Italia.

IN ENGLISH
Convento Monteripido,
July,20th 2007

I have stayed in Italia for a month. I felt nothing about that. Time always go on and we sometimes do not realize it. Italy is as a stranger country for me. I’m in the middle of different culture, especially language. It was the reason why I have to studi Italian language. But, It’s OK. It doesn’t matter. I think that it is a part of my life. You know that Life is a journey, or in religious term, called pilgrimage to God.
Busyettttt…in the beginning of my blog, I have begun to preach. Mmm, it’s a long time that I did not preach any more. In fact, here I often hear the preaching. It’s just hear, but not understand it because it is still difficult for me to catch up the preach using Italian language. Besides, the priest who preachs talk most quickly.
During this month, I have struggled for adapting to all things, that is, the Italian people, the climate, modern facilitaty, some administration, and of course, language. In the beginning, it difficult for me. And, it’s true that the beginning of all things is not always easy. From Zero to be Hero, is not a simple thing. I think only God can create all that exsit from nothing.
Sometimes, situation like that, exhausted me. Then, It make me lazy to study. Fortunately, in this condition, I always remember what Fr. Valerio, OFM “Piano-piano”. It means “ Slowly..man”. Don’t be hesitate to gain something. And I think it’s true that the hesitation never help to bring the good result.It, however, do not mean “easy going”.
“There is an appointed time for everything. And there is a time for every event under heaven”. Ecclesiastes said in 3:1. You can check it. And, I realize that studying some things need time. In fact, in the end of the first month in Italy, I have been able to speak Italian to all franciscans here although it’s still not very well.
Only, one that needs to study language, is “BONEK” (Bondo Nekad: I don’t know how to translate in English). It’s almost similar to “Courage.” To be brave and not to be fear to make wrong is the key of studying language. Doing wrong, It seem that I study more than I did not make wrong at all. Note that what I talking about cannot be refered to sin toward God.
Mmmm…after writing about my reflection in the beginning of this blog, now it’s better to narrate about the condition in Perugia. Perugia is still hot, very hot because it’s summer. And it said that region of Umbria is the hottest region in Italy. Perugia and suroundings, included Assisi is a big valley and may be the most beautiful region in Italy.
Honestly, I cannot endure in this situation. When I walk in the street, I feel I walk beside the place for burning something.
I think it’s enough for talking about my experience in Italy, especially in The Valley of Umbria. Now, it’s not easy to take a time for writing blog. May be, I will write this blog once a week. The reason is only one, that is, I have to study Italian language.

NEL ITALIANO
Convento Monteripido,
20 luglio 2007


Sono stato giá in Italia durante un mese. Italia e' ancora una paese strana per me. Devo vivere in mezzo alla cultura diversa, especialmente la lingua italiana. Perciò devo prendere il corso di Italiano. Però non fa niente. E mi piace lingua italiana perche' ascoltando qualcuno che sta parlando la lingua italiana, ascolto qualcuno che sta cantando. Devo imparare lingua l'italiana perche' questa cosa ha gia fatto la parte della mia vita, cioè il peleggrinaggio a Dio. Busyettttt…in questo inizio, comincio di predicare. Infatti, lungo tempo non sono predicato. Ecco, ho sentito una omelia piu di predicato. Notate, soltanto sono ascoltato, cioe' non posso capire niente dalla omelia. mi e' molto difficile di seguire le parole che padre ha detto. Ha parlato molto velocemente.
In questa mese, ancora lotto per adattare con tutte le cose per esempio, i italiani, la clima che faccio odio, qualche facilite moderne, e la lingua italiana. Nel principio, sono difficile. È vero che dovunque il principio non è facile sempre. Da zero al’ eroe, è qualcosa facile. È solo Dio che fa da niente alla esistenza.
La situazione cosi, mi fa molto fatica. Dunque, mi fa pigro a studiare. Ma, nella questa situazione, ricordo le parole di Fr. Valerio, OFM, affinché “piano piano” per studiare tutte le cose, Non bisogna esitare. E, é vero che la esitazione non porta un risultato buono. Ma, non é significato “fare pigro”.
Ecclesiastes disse in 3:1 “Per tutto c' è il suo tempo, c' è il suo momento per ogni cosa sotto il cielo” Dalle parole, imparo che per imparare qualcosa bisogna sempre il tempo. A fine di prima mese in Italia, non sono paura di nouva per parlare l’italiano con tutti i padri nel convento di Monteripido benché ho parlato lentamente. Penso che e' solo una cosa che essere bisognato per studiare una lingua, cioé coraggio e non è paura per sbagliare. Sbagliando, ci impara. E' da notare che che le mie parole cosi non signifa “fare un peccato a Dio”
Mmmm…dopo che scrivo la riflessione nel inizio del mio blog, addeso vorrei ranccontare della situazione della citta Perugia. Al giorno d’oggi, Perugia è ancora molto caldo. Ha detto che regione di Umbria è la più calda regione in Italia. Onestamente, mi sembra che non posso fare contro il caldo. Andando nel caldo cosi, sento che sto sedendo vicino a un forno. Puoì immaginarlo.
Ecco é la storia della valle Umbria. Mi sembra che al giorno d’oggi sono difficele per scrivere il mio blog perché devo studiare l’italiano. Però, forse un volta alla settimana, sciverò blog cosi. Arrivederci. Vi amo.

Tuesday, July 17, 2007

Vado al santuario della Verna

Vado al santuario della Verna
14 Luglio 2007

Di solito, Sabato è un giorno che ha tempo libero dal corso del’italiano. Perciò, devo fare utile quel giorno. Fortunamente, Padre Rino ci ha il proggetto. Che cosa il proggeto è? È facendo a passegio a santuario della Verna. Senza molto pensado, diciamo “d’accordo, padre.” Cominciamo partire a le 09.30 di mattina. Effettivamente, il santuario della Verna resta nell’altra regione e altra provincia di francescane.Questo santuario resta in regione di Arezo. La distanza fra Convento di Monteripido e Questa Santuario è molto lontano, circa 90 km. Dopo facendo a passegio durante 1,5 ore, arriviamo a quel luogo.
Mi sembra che questo luogo è piu interessante. C’è la foresta grande. Peró, che mi fa ammirazione è le roccie che sono piu grande. Quando ancora stavo in Indonesia, posso immaginare questa luogo dopo leggere un libro di Stigmata di San Francesco. Peró, oggi vedo direttamente questo luogo. Che meraviglioso!
Vado lentamente perchè voglio godere questo santuario. Realizzo che forse non sarò occasione cosi, cioè visitare santuario dela Verna nella tutta della mia vita. Il santuario sta sulla collina della roccia. Penso, non bisogna i fondamenti per costruire la Chiesa della Verna perche queste roccie sono abbastanza. Mi fotografo. Devo avere qualcosa che può mi ricodarsi questo santuario. Sembra che sono “narcis”. Ma, è niente. Ricordo che ogni occasione deve essere usato benissimo. Occasione viène una volta. Usala, oppure mai piu. Ringrazio il santuario della Verna. Per loro che leggano questo blog, puoi vedere il libro della Verna per immaginare questo santuario. Va Bene!!....

Monday, July 9, 2007

Domenica 8 Luglio 2007, 18.15

Le Grotte di Frasassi

Kursus bahasa Italia libur pada hari sabtu. Lantas untuk mengisi waktu libur ini, Padre Rino dan Luigi mengajak para student yang tinggal di Convento Monteripido berwisata ke suatu tempat yang katanya terindah di seluruh dunia. Mau tahu apa itu? Tempat itu adalah sebuah gua, dalam bahasa Italia: Le Grotte. Karena diajak jalan-jalan, ya aku ikut saja to. Mumpung ada kesempatan mengapa harus ditolak. OK, kami berangkat dari Perugia, ke Frasasi di Provinsi Ancona di mana gua itu berada. Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam atau kurang lebih 80-an km, kami tiba di tempat itu. Begitu kami sampai, yang kami lihat pertama-tama cuma gunung kapur yang tinggi. Tidak ada yang istimewa. Sama halnya pegunungan kapur di pegunungan selatan Jawa.
Awalnya, aku cuma berpikir, apa sih hebatnya gunung ini dan nanti gua yang akan aku masuki. Akan tetapi, daripada kebanyakan berpikir dan bertanya-tanya sebelum mengalami, akhirnya aku ikut saja instruksi dari Padre Rino, sang pemimpin kelompok Darmawisata. Selain kedua pater ini, ada pater Joe (staf JPIC di Kuria), pater dari Filipina, dan si Agung. Jadi jumlahnya enam orang dan pastor semuanya. Pas jam 9.30, kami masuk gua dengan dipandu oleh seorang guide perempunan yang kalau sedang berbicara seperti bernyanyi. Ah…aku bisa nggak ya, berbahasa italia seperti guide ini, enak betul didengar. (Nggak usah mimpi deh. Bahasa italia logat Jawa itulah yang paling-paling terwujud).
Dan ternyata, begitu aku masuk gua, memang betul-betul gua terindah di dunia. Banyak stalakmit dan stalaktit yang masih alami. Besar-besar lagi. Mungkin tingginya bisa mencapai 25 meter. Itu baru stalaktit dan stalakmitnya. Nah, besarnya gua itu, Basilika Santo Petrus dan Katedral Milan saja, masih kalah besar. Wah…maaf, aku tidak bisa menggambarkan bagaimana indahnya gua ini. Kalau mau lihat gambarnya, buka saja webnya : http://www.frasassi.com/ . Seperti biasa, setelah selesai kami pulang dan makan. Hehehe. Lumayanlah bisa lihat gua yang begitu indah. Kapan lagi bisa lihat? Mungkin seumur hidup, ya saat itulah.
OK.

Friday, July 6, 2007

I'M VERY TIRED

Convento Monteripido, Perugia
July 5 2007

Europe is on summer. Now, I just feel how summer is. It’s very hot. It’s different with tropical climate. Whereas, now is not the peak of season. A franciscan that stay in Monteripido said that the peak of the summer is on August. I, however, have experience how the summer make me a little bit sick.
You should know that at this condition, I have to walk on foot to a place where I take a Italian course. The distance between this place and Monteripido is more or less 2 km. You can imagine how I ‘m very tired. Walking on foot under the burning sunshine is a kind of struggle. And what result that I have received. I get dehydration. I am always thristy. And when I’m late to get water, I get headache. My sight-eyes is rather blur. Sometimes, my eyes become red. And when I write down this blog, my nose was bleeding (in Indonesia, name “mimisan”)
Ok, I wouldn’t write a long story. But, I just conclude this short blog with these words. IN OTHER COUNTRY WHERE YOU WILL STAY, BESIDES YOU HAVE TO LEARN AND ADAPT ABOUT THE SOCIAL AND CULTURE OF THAT COUNTRY, DON’T FORGET THAT YOU ALSO HAVE TO LEARN AND ADAPT ABOUT YOUR SURROUNDINGS, INCLUDE CLIMATE.
Oh Lord….I’m very tired physicaly and psychicaly.

Wednesday, July 4, 2007

Course of Italian

3 Juli 2007

Kursus bahasa Italia di Universta Per Straineira di Perugia

Hari ini aku mulai mengikuti kursus bahasa Italia yang diselenggarakan oleh Universitas Per’Straineira Perugia. Sejujurnya, untuk soal tata bahasa Italia, aku sih tidak terlalu sulit untuk memahami karena grammatika Italiana tidak terlalu beda dengan bahasa Latin yang pernah aku pelajari dulu sewaktu di Seminari. Cuma yang aku butuhkan adalah keberanian untuk berbicara dengan bahasa Italia. Belajar bahasa itu sepertinya cuma soal nekat saja deh. Membisu berarti tidak dapat berbahasa. Tetapi untukku sendiri, yang dituntut sepertinya lebih dari sekedar bisa bicara dalam bahasa Italia. Aku harus bisa menulis dalam bahasa Italia dengan gramatika yang baik. Toh pada kenyataannya, aku akan lebih banyak bergulat (bukan WCW loh) dengan banyak buku dari pada orang. Kan belajar Kitab Suci itu, mempelajari sebuah buku. Jadi harus bergumul dan “berguling-guling” dengan buku. Hehehe. Sulit sih sulit, tetapi harus tetap dijalani toh. Mmm…bukankah hidup itu sebuah perjalanan? Jadi semuanya itu harus dilewati. Pokoknya cukup dilewati saja semua yang menghadangku. Itu saja. Titik.
O ya, ternyata dalam kelasku tuh ada orang Indonesia. Tepatnya orang Nanggroe Aceh Darussalam. Dia mendapat beasiswa untuk belajar bahasa Italia. Sebagai orang muslim, aku lihat dia cukup moderat. Namanya Daisy, kalau tidak salah. Lumayanlah, ada kenalan dari Indonesia. Sekurang-kurangnya kalau buntu berbicara dalam bahasa asing, bahasa Indonesia menjadi jembatan kebiasaanku yang tidak bisa distop sampai sekarang yaitu ngomong non stop. Hehehe.
Lalu, dalam kelasku juga ada dua orang dari Eropa Timur, tepatnya Ukraina dan Rusia. Aduh…cantik buanget bo. (yang baca blog ini pasti akan menegur dalam hati…Mo..Mo..ingat-ingat panggilan loh. hehehe). Bisa dibayangkan kok wajah cewek yang dari Rusia itu. Mmm…persis kayak Anna Kournikova, petenis asal Rusia itu loh. Kalau begini, aku jadi semangat kursus nih. Hua-hua-hua. Cuma saja, aku tidak sekelompok dengan dia. Tapi, gak apa-apa.
OK..lalu ada orang Palestina, seorang imam dari gereja Ortodoks, frater dan pastor dari SDB (Salesian), dan dari Cina yang sulit sekali ngomong Italia. Ngomong saja sudah sulit, apalagi memahami. Tetapi, aku bisa memaklumi kok. Mereka kan dari negeri yang tulisan bahasanya saja aneh. Coba bayangin aja. Dari Cina dan Korea, dengan tulisan kanji, tiba-tiba harus diubah menjadi tulisan Latin. Kan ya, bikin klenger to. Untuk orang Indonesia, it is no problem. Tapi bagi mereka, jelas problem besar. Sekurang-kurangnya harus belajar hurufnya dulu. Yah, nasib yang sama kayaknya juga akan menimpa aku tiga bulan lagi. Orang Indonesia, harus belajar bahasa Ibrani dan Latin. Walah---walah---walah gak usah bayangin deh. Untuk sekarang, lebih baik bayangin orang Rusia aja. Bercanda. Hehehe (mo---mo---ingat panggilan loh. Hehehe).
Toh, aku salut dengan beberapa orang yang ada dalam kelasku. Meskipun mereka sudah tua-tua, toh mereka tetap mau belajar bahasa Italia. Bravo. Semoga, hal ini banyak ditiru oleh semua orang. Belajar tidak pernah selesai. Kalau mau awet muda, tetaplah belajar. OK.

Monday, July 2, 2007

Renungan "ngawur" di kala senja di Convento Monteripido

Biara Monteripido,
2 Juli 2007, pukul 17.43 – 18.10 waktu Italia

Untuk sementara, apa yang akan aku tuliskan di sini bukanlah rentetan pengalaman di Italia, persisnya sekarang ini di Perugia. Aku akan menuliskan apa yang sedang berkecamuk dalam pikiranku. Apa yang kupikirkan dan juga kucemaskan bisa jadi pikiran dan kecemasan setiap orang. Apa yang sebenarnya mencemaskan kehidupan setiap orang termasuk diriku sendiri? Menurut pendapatku – kalau tidak setuju, yang baca journal di blogku ini bisa memberi komentar – kecemasan setiap orang adalah masa depan yang tidak pasti. Banyak orang takut pada masa depan yang sebetulnya tidak ada. Masa depan ada di tangan Tuhan. Nasib dan takdir hidup sudah ditenun oleh Tuhan sebelum kita lahir. Hanya saja, tenunan yang bagaimana seorang pun tidak tahu. Tapi, aku yakin, Tuhan sekarang ini sebenarnya sedang menenun bersama-sama dengan kita. Aku percaya bahwa dalam hidup ini, Tuhan dan aku sedang bekerja sama untuk membangun hidupku. Jadi hidupku ini bukan semata-mata karya Tuhan, tetapi karyaku juga.
Nah, kembali kepada kecemasan. Di biara yang sunyi ini, ketika aku berhadapan dengan diriku sendiri, entah mengapa tiba-tiba aku merasa cemas. Cemas akan segala-galanya. Terutama cemas akan hidupku sendiri. Ketika bersama-sama dengan orang lain, seperti makan bersama atau ngobrol bersama, tidak ada kecemasan karena kecemasan itu tertutup untuk sementara waktu oleh aktivitas hidup yang sementara. Yah..untuk sementara waktu, tetapi begitu berada dalam situasi sendirian, kecemasan itu muncul kembali.
Jujur saja, apa yang menjadi kecemasanku adalah ketakutan bahwa impianku nantinya tidak akan terwujud. Padahal, yang menghidupiku atau yang membuat bergairah hidupku sekarang ini adalah mimpi itu. Dan yang aku cemaskan juga adalah mimpiku gagal gara-gara masalah sepele. Ah..memikirkan tentang kecemasan memang tidak ada gunanya. Yesus sendiri juga berkata “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Mat 6:27
Yesus memang benar, kuatir tidak menghasilkan apa-apa. Bahkan tidak menambah apa-apa. Sabda Yesus ini ada benarnya juga “34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Mat 6:34
Mungkin, aku harus melihat hidupku secara lebih luas. Mungkin, aku harus melihat hidup sebagai sebuah perjalanan dan bukan upaya untuk meraih kesuksesan. Aku harus tetap menjadi orang JAWA di tengah orang Italia. Maksudnya, aku harus tetap memegang ajaran leluhurku tentang kehidupan “Hidup itu adalah perjalanan menuju sangkan paraning dumadi(asal muasal kehidupan) yaitu Allah sendiri”
Mungkin, aku harus bertobat sekarang ini. Bertobat dalam arti bertobat kesadaran, yaitu untuk melihat hidup ini sebagai sebuah perjalanan menuju Tuhan. Dengan begitu, mungkin aku tidak akan cemas lagi. Jika gagal, yah anggap saja itu peristiwa aku tersandung ketika aku berjalan, dan harus bangun lagi. INGAT, HIDUP ITU BUKAN MERAIH KESUKSESAN, TETAPI MENGHAYATI SEBUAH PERJALANAN MENUJU TUHAN.
Ah…seandainya aku bisa meraih mimpiku, tetapi begitu aku mati, aku tidak meraih kebahagian kekal bersama Tuhan, apa artinya pencapaian kesuksesanku. Jika semua untuk TUHAN, pastilah tidak akan ada kecemasan dalam hidup ini.
HIDUP ADALAH PERJALANAN. NIKMATILAH SAAT-SAAT PERJALANAN ITU, TERMASUK SAAT KETIKA ENGKAU JATUH.

“Berbahagialah orang yang pernah gagal, atau terjatuh dalam kehidupannya sebab mereka akan bisa menikmati kehidupannnya. Celakalah orang yang tidak pernah gagal atau terjatuh atau menderita dalam hidupnya, sebab ia akan menangis nantinya. Hidup itu ibarat roda” Itulah sabda yareah male ofm. Hehehe.