Tuesday, June 26, 2007

Di Kuria Generalat

25 Juni 2007

Tak terasa sudah seminggu, aku berada di Kota Abadi – Roma. Maksud kota abadi tu ya, kota kuno. Warna tembok dan dinding rumah Cuma kuning, coklat, dan krem. Jadi kesannya kota kuno. Tetapi, yang tidak kuno adalah desain interior setiap rumah. Modern banget deh. Lengkap dengan berbagai macam peralatan modern. Loh kok malah membahas kota Roma yang kuno di luar tapi modern di dalam sih. Padahal ini bukan maksud awal tulisan di blog pada hari ini.
OK, lebih baik aku bercerita tentang pengalamanku pada hari ini saja deh. Rencana hari ini adalah mengambil uang di Kuria Generalat. Uang ini dimaksudkan untuk biaya kursus bahasa Italia dan living cost di Convento Monteripido di Perugia. Besarnya nggak tanggung-tanggung loh. 4500 Euro bo. Kalau dirupiahkan hampir 50 juta. Alamak…aku baru sadar ternyata mata uang rupiah itu benar-benar nggak ada harganya deh.
Awalnya, kami berdua tidak tahu jalan menuju ke Kuria Generalat OFM. Maklumlah, kami ini kan orang baru di Roma. Seminggu kayaknya belum cukup deh untuk mengenal secara mendalam kota Roma. Naik metro (kereta bawah tanah), bus dan trem saja kami masih kebingungan. Busnya terlalu banyak dan nomornya bisa mencapi ratusan. Dari nomor 01 – 590. Gila nggak.
Untunglah, kami dibantu oleh seorang Fransiskan dari Peru. Sudah cukup tua juga, tetapi baik sekali. Dia merelakan waktunya untuk membantu kami dengan menemani kami ke Kuria Generalat. Dia meminta kami untuk memakai jubah Fransiskan. Katanya, lebih baik memakai jubah Fransiskan ketika berkunjung ke Kuria Generalat. Kami menurut saja kata dia. Maklumlah, kami kan orang baru. Jadi, mengikuti petunjuk orang yang lebih berpengalaman, tampaknya sikap yang bijaksana.
Nah, inilah pertama kali aku naik angkutan umum memakai jubah. Dengan jubah Fransiskan, aku masuk ke dalam bus. Lalu, terpaksa berdiri karena tempat duduk sudah terisi semua. Mirip dengan bus transjakarta di Indonesia. Bedanya, sepadat-padatnya di sini, tidak sepadat di bus transjarkata. Kesamaannya, di dalam bus ini juga ada yang namanya copet. Tetapi, copet di sini kayaknya kalah ahli dengan copet yang ada di Indonesia.
Rupanya, keluyuran di kota Roma dengan memakai jubah (entah Fransiskan atau para pastor dioses / praja) tampaknya merupakan pemandangan biasa. Orang-orangnya juga cuek semua. Jadi, memakai jubah ataupun telanjang, tidak ada pengaruhnya baik orang-orang Roma (Eropa) yang cenderung individual. Tetapi, kalau disuruh melihat orang pakai jubah atau orang telanjang, pastilah mereka memilih melihat orang telanjang. Soalnya, lebihm hot. Hehehe.
Nah, setelah kurang lebih setengah jam berada di bus, kami turun dan berjalan kaki menuju Kuria Generalat. Aku pikir yang namanya Kuria Generalat OFM, Ordo Fakir Miskin ini, gedungnya biasa-biasa saja seperti di rumah provinsialat di Jakarta. Eh…ternyata gedungnya besar sekali bo. Berdiri di atas sebuah bukit di kota Roma. Dari sini, orang bisa memandang Basilika St.Petrus dengan jelas. Jika kupikir-pikir, sepertinya ini bukan rumah Fransiskan deh. Kalau Santo Fransiskus masih hidup, sepertinya dia akan marah-marah karena saudara-saudaranya membangun gedung yang mewah dan besar. Tapi, nggak apa-apa. Zaman berubah dan kita pun perlu menyesuaikan bukan? Asalkan tidak terseret oleh arus zaman yang tidak benar.
Setelah masuk, kami dipersilakan duduk sambil menunggu ekonom datang. Kami diminta untuk mengambil minum sendiri. Dan di situ, alat untuk membuat minuman canggih banget. Tinggal pencet minta apa, keluar sendiri. Minta cappucino, tinggal pencet tombol cappucino, maka cappucinonya keluar. Minta juice jeruk , tinggal pencet tombol juice jeruk, maka juice jeruknya keluar. Cuma kalau minta rujak, tidak bisa karena tidak ada tombol rujak. Padahal, itu yang aku suka.
Awalnya, kami sudah pesimis untuk memperoleh uang. Prosedurnya macam-macam. Dan kendala bahasa ini yang merepotkan. Sekali lagi, yang bisa bahasa Inggris tidak banyak. Untunglah, ekonom-nya bisa berbahasa Inggris sehingga kami bisa memperoleh uang. Syukur kepada Allah bahwa uangnya telah kami peroleh. Kalau tidak memperoleh, celaka tujuh belas deh. Program selama dua bulan ini bakalan kacau deh.
Setelah itu, kami berdiri di koridor Kuria Generalat. Tak disangka-sangka kami bertemu dengan Minister General, Fr. Jose Rodrigues Carbahlo, OFM. Mimpi apa gw semalam ya? Dia itu ibarat Paus-nya para Fransiskan. Kami berjabat tangan dan ngomong-ngomong sebentar. Yah, hitung-hitung setor muka deh. Baru kemudian kami diajak jalan-jalan di Kuria Generalat dan diperlihatkan berbagai macam hal oleh Fransiskan yang bekerja di situ bernama Pedro. Orangnya baik dan perhatian sekali. Dia orang Mexico, yang mengurus penginjilan dan misi seluruh Tarekat. Para Fransiskan di Indonesia mungkin heran kepada kami bahwa belum genap dua minggu di Roma, kami sudah mendapat berbagai macam pengalaman yang mungkin bagi mereka baru bisa mimpi. Hehehe. Tapi tidak apalah, semua itu kan Cuma giliran. Ntar ada waktunya juga para Fransiskan lain di Indonesia mendapat kesempatan.
Setelah lama berjalan-jalan di Kuria Generalat, akhirnya kami pulang dengan badan yang setengah mati capeknya.
Satu pelajaran penting yang kutemukan hari ini adalah GUNAKANLAH KESEMPATAN YANG ADA SEBAIK-BAIKNYA. JANGAN PERNAH MENOLAK KESEMPATAN. KESEMPATAN ITU DATANGNYA SEKALI. KALAU KITA MAU MEMANFAATKAN KESEMPATAN, HASILNYA AKAN LUAR BIASA. KALAU TIDAK, AKAN RUGI SENDIRI. SEBENARNYA, HIDUP ITU KAN CUMA MENUNGGU KESEMPATAN. JELI-JELILAH MELIHAT KESEMPATAN YANG ADA. SEKALI LAGI, KESEMPATAN ITU DATANGNYA CUMA SEKALI.

No comments: